Suatu hari.

Suatu hari, kita pernah bertemu dan saling jatuh cinta
Sesuatu yang tidak pernah kita perkirakan akan terjadi
Kita pernah saling bertemu tatap dan merasa gugup
Kita pernah merasa canggung saat keheningan mengisi jeda percakapan kita di malam hari
Kita pernah saling berbagi keluh, kita pernah saling menghapus peluh
Kita pernah saling mencintai dalam ketidakpercayaan kita atas cinta sebelum kita bertemu.

Suatu hari, kita pernah saling tersenyum dan merasa begitu beruntung
Sebab kehadiran kita masing-masing ternyata saling mengutuhkan
kita pernah saling menggenggam walau tangan kita tengah basah oleh keringat
kita pernah bersama-sama melewati terik matahari yang menyengat
sampai bersama-sama menunggu ketika hujan turun dengan lebat

suatu hari, kita pernah saling mengeratkan peluk
walau hanya dalam beberapa detik yang berharga
kita pernah saling mengakui betapa hangatnya tubuh kita berdua
kita pernah saling mengakui betapa kita ingin terus mengulanginya

suatu hari, kita pernah saling tidak mempedulikan
suatu hari, gengsi bertahta sangat tinggi jauh diatas keberadaan hati kecil kita
suatu hari, ketidakpedulian itu mulai pelan-pelan melukai
kita pernah menunggu dalam rasa pilu sampai kemudian salah satu dari kita mencoba menghampiri

Itulah bagian yang selalu aku tunggu-tunggu

Baikan

Setelah bertikai untuk kesekian kali
Lalu baikan untuk yang kesekian kali juga.

tulisan menjelang tengah malam.

jadi udah 3 hari berturut-turut gue ngepost di blog. hahaha! gak tau kenapa akhir-akhir ini gue ngerasa agak lebih sedikit produktif, terlepas dari soal timeline twitter yang gak pernah gue intip-intip lagi. lagian itung-itung buat menghibur para pembaca blog gue yang setia. (yakali ada)
masih dikamar atas rumah. sendirian. tapi kali ini ditemani oleh lover's game-nya Geographer yang mengalun agak kencang dari speaker komputer, membuat gue menggoyangkan kepala sesekali sambil melantukan part yang gue hafal.
malam ini masih sama seperti malam-malam biasanya.
tidak kelabu, tapi gak ramai juga.
gak ada kata yang bisa mewakilkan suasana ini kayak apa. sama seperti perasaan kita. siapa sih yang tau betul suasana hati kita bagaimana? bahkan waktu gue lagi nulis tulisan ini. siapa yang tau apa yang gue rasain? gue juga gak tau apa yang orang-orang lain sedang rasain sekarang.
dan ketika gue menuliskan "Hahaha!" seolah gue sedang benar-benar tertawa, atau setidaknya sedang gak kenapa-kenapa. tapi siapa yang tau suasana hati kita jelasnya gimana? sedang berantakan kah, atau masih tertata dengan rapi nya.
atau mungkin sedang dalam proses pembenahan.
kita gak pernah tau apa yang dalam isi hati seseorang bahkan ketika dia berhasil membuat sekitarnya tertawa.
kita cuma bisa ber hipotesa, merasa yakin akan hal yang belum pasti.
karena setiap orang punya rahasia-nya sendiri.
sesuatu yang gak semua orang bisa pahami,
bahkan tidak juga dirinya.




(11.30pm, ditulis apa adanya karena sudah dipanggil enyak daritadi buat ke airport)

senja yang abu-abu.

jadi gue baru ngepost kemaren, dan sekarang udah ngepost lagi. biasanya ada jangka waktu yang agak lama antara satu tulisan gue ke tulisan gue yang lain. namun kali ini beda. oke ini emang gak penting. lagian sekarang gue udah gak pernah log-in twitter, makanya gue lebih sering buka blog. (tuh kan dibahas juga..)
oke, gue lagi duduk sendirian didepan PC, di kamar atas rumah sambil ditemenin somewhere only we know-nya Keane yang udah sedari tadi mengudara. langit diluar warnanya abu-abu, dan angin bertiup lumayan kencang. pintu gue biarkan terbuka lebar supaya anginnya bisa masuk dengan leluasa. mungkin aja ada rindu yang dititipkan sama dia kepada angin yang berhembus melalui daun-daun pepohonan itu, untuk gue hirup agar kedepannya gue bisa hidup lebih lama dengan udara yang sehat.
sekarang udah lewat jam setengah 6 sore. senja tak pula nampak. hanya warna abu-abu yang menutupi seluruh wajah langit. menyembunyikan silau cahaya matahari, yang sesekali mengintip seiring awan yang bergerak melaju, menuju arah entah kemana.
namun abu-abu tak pula se-suram itu.
walau karenanya senja jadi tak nampak.
walau karenanya siluet kita jadi gak keliatan.
tapi abu-abu itu teduh.
walau ia tak sehangat senja.
walau abu-abu itu identik dengan gelap.
tapi abu-abu lah yang membentuk sketsa kita, menjadi hidup
karena hidup kita gak selamanya berwarna
tapi bukannya abu-abu itu juga warna?

hidup gak selamanya berwarna cerah, sebab ia kadang pula abu-abu
namun keberadaan senja sudah menjadi hal yang pasti
tak peduli seberapa abu-abu-nya hidup itu sendiri
kita hanya harus menunggu sampai awannya pergi
setelah itu kita bisa kembali menyaksikan senja,
walau di tempat yang berbeda, tapi masih dibawah langit yang sama
menyaksikan senja yang abu-abu
sebab kita sedang tidak bersampingan.



(ditulis dengan tingkat ke-asal-an maksimal)


Perempuan.

Kuliah yang bener, sarjana dengan IP yang memuaskan, melamar kerja, dilamar oleh laki-laki yang dicintai lalu menikah, membangun rumah tangga yang bahagia, punya rumah idaman, dan memiliki anak-anak yang lucu-lucu kayak di iklan susu bebelac. perempuan mana sih yang gak punya impian kayak gitu?
kemaren, gue sempat liat judul sebuah FTV "kutunggu kau di usiamu yang ke 22." kurang lebih kayak gitu. entah kenapa pas ngebaca judul itu gue malah senyum-senyum gemes sendirian. rasanya pasti bahagia banget memiliki orang yang berjanji akan menunggu sampai kita berdua sama-sama tiba di usia kita yang matang. sama-sama menyadari penuh kalo udah bukan umurnya lagi buat pacaran untuk sekedar just having fun.
kemaren lagi, gue gak sengaja nonton salah satu acara TV mengenai lamaran nikah. pertama kalinya gue nonton acara itu, dan pas gue nonton gue cuma bisa ngejerit: aaakkkk!
perempuan mana yang hatinya gak terenyuh dilamar dengan cara yang romantis? oke, perempuan mana yang gak klepek-klepek diromantisin sama pria yang memang dicintainya?

gue cuma perempuan biasa; gue punya banyak rencana masa depan yang sama dengan perempuan-perempuan lainnya. gue pengen cepat sarjana, melamar kerja dan dilamar oleh laki-laki yang gue cintai dan yang mencintai gue.






"..makanya kuliah yang bener, biar cepat sarjana, terus kerja, terus cari saya yah."
"siap!"

Tulisan biru

Jadi ceritanya, gue lagi galau. Oke, ralat. Gue lagi sangat galau. Ya galau itu wajar sih, selama gak nyilet-nyilet tangan sampe berdarah-darah terus difoto dan dijadiin display picture.

Perasaan ini memang bener- bener menyiksa. Rasanya, melangkah aja berat. Bicara aja rasanya suliiit banget (kebetulan pas lagi galau, lagi sakit gigi juga). Rasanya gak ada gairah buat ngapa-ngapain.  pas lagi ngapa-ngapain, malah gak fokus. Perasaan ini jadi bikin kita uring-uringan plus gak karuan.

Galau udah jadi penyakit lumrah bagi seluruh umat manusia. Gue tau bukan Cuma gue di dunia ini yang sedang menderita penyakit ini. Tapi rasanya tetap gue satu-satunya penderita paling akut sejagat raya. “slow, slow” kata seorang teman melihat betapa “berantakan” nya gue akhir-akhir ini. Gue cuma bisa narik nafas panjang-panjang. Gue pengen slow aja, tapi setiap detik rasanya pengen ngejerit sekencang-kencangnya.

Kayaknya gue gak bakal cerita detail­-nya apa yang bikin gue segalau ini. Intinya, gue cuma lagi kangen sama orang yang udah-gak-sepeduli-dulu-lagi sama gue. Tapi sejauh ini, we’re still in a relationship.

Berbagai advices mulai dilontarkan dari temen-temen. Gue ingat kemaren pas gue lagi duduk bengong dan tiba-tiba temen gue bilang ”udahhh, sms aja langsung” kemudian diikuti dorongan-dorongan dari temen-temen gue yang lain untuk ngehubungin dia duluan.

Gue Cuma bisa senyum miring.

Berbagai macam pemikiran mulai beradu dalam otak. Pemikiran-pemikiran itu memenuh sesakkan otak gue, saling tabrak-tabrakan, makanya gue sering ngerasa agak-agak pusing kepala. Kalo dia juga kangen sama gue, pasti dia ngehubungin gue duluan; pasti sudah sejak lama dia ngajak gue ketemuan, apalagi sekarang ini kesempatan sedang banyak-banyaknya. Kita sedang berada di kota yang sama. Tapi rasanya tetap jauuuh sekali.

Selalu ada momen dimana ketika gue sedang melakukan sesuatu hal dan tiba-tiba gue teringatkan sama dia dan gue tiba-tiba aja bengong dan sibuk sendiri dengan ingatan-ingatan itu. Gue ingat pas gue lagi duduk-duduk dalam rumah dan tiba-tiba ada suara kembang api dan gue buru-buru nyari dimana asal suaranya. Gue pun duduk di lantai balkon sambil ngeliatin warna-warni kembang api yang berhamburan di langit. Lagi-lagi sebuah ingatan muncul. Gue ingat persis tahun lalu, juga di malam lebaran kayak kemaren, gue dan dia sama-sama menyaksikan kembang api di daerah pantai. Gue ingat waktu itu dia ngetawain gue karena gue berkali-kali kaget sama suara letusan kembang api yang tiba-tiba. Kalo diinget-inget konyol juga. Haha. Gue ingat sebelum kita pulang dari sana, pas gue lagi masang helm, dia sempat mengutarakan isi hatinya, untuk kesekian kalinya, yang waktu itu Cuma gue balas dengan senyum.

Kembang apinya udah daritadi berhenti. Dan gue masih diam ditempat yang sama. Terlalu banyak kenangan antara gue sama dia dan terlalu banyak hal yang bisa membangunkan kenangan-kenangan itu. Entah kenapa ya setiap kita lagi galau, setiap tempat dan segala hal sontak membawa energi yang begitu kuat dari cerita-cerita masa lalu. Gue sadar ini terlalu menyedihkan dan gue gak mau terus-terusan membiarkan gue larut dalam sedih berkepanjangan. Gue emang sayang sama dia, tapi dia? Gue selalu berusaha meyakinkan diri gue kalo masa sulit ini pasti bakal lewat. Gue pernah ngalamin suasana yang serupa dan ujung-ujungnya ternyata lewat juga, walaupun emang makan waktu yang gak cepet. Gue tau gak ada gunanya untuk terus menerus mengenang cerita yang pernah ada. Gak ada gunanya berharap waktu yang sudah lewat akan bergulir kembali. Toh gue udah usaha. Kemaren gue udah coba untuk ngehubungin dia sebab ada satu rasa yang gak pernah bisa gue pungkiri: kangen. Gue terlalu kangen sama dia. Semakin gue merenungi keadaan ini semua, gue sadar kalo gue hanya sangat mencintai laki-laki ini.

Waktu itu gue lagi rame-rame sama temen-temen di jalan, dan sepanjang jalan itu temen-temen ngasih banyak wejangan ke gue. Sampe tiba-tiba seorang temen gue bilang “kalo sayang kok gengsi”, dan saat itu hati gue bagai terpompa. Akhirnya gue memberanikan diri buat ngetik sms ke dia “i miss you..” dan butuh waktu 5 menit-an sampe akhirnya gue berani mencet tombol send. Dan lo tau balasannya apa? Ah sudahlah.

Berhari-hari gue habiskan dengan memikirkan, sebenarnya apa yang salah. Apa gue ada salah yang gue gak tau. Apa gue pernah salah ngetweet kali ya. (?) berhari-hari pula gue ngilang dari peredaran. Gini deh orang galau, bisanya Cuma lari dari kenyataan. Gue sengaja untuk “menghilang” karena gue gak mau kelihatan terlalu rapuh dimata orang-orang. Gue gak mau sampe dia nyinyirin twit-twit galau gue yang semua emang ditujukan buat dia. Makanya gue pilih gak ngetwit apa-apa soalnya tiap ngetwit pembahasan gue pasti kebanyakan soal dia doang. Gue gak mau sampe gue ngetwit semacam “gara2 liat kembang api, aku jadi ingat dia :’(“ terus ngeganti location di twitter jadi: “di masa lalunya.

Itu terlalu kelewatan.

Sekarang gue ngerasa kayak ditusuk tepat di jantung dan pisaunya ditarik sangat pelan-pelan, bukannya ditarik sekali lepas. Rasa sakitnya benar-benar terasa. Sakit banget.
Rasanya juga kayak gue ditinggalin di tepi jurang sama dia. Sendirian. Dan lama-lama dia datang Cuma buat ngedorong gue jatuh ke bawah. Ah.

Gue tau gue gak cantik, apalagi seksi. Jauh. Gue gak secantik artis-artis korea apalagi se-seksi personilnya sistar19. gue tau gue gak bisa meliuk-liukkan badan se-asoy mereka, karena gue tau jadinya gue Cuma bakal keliatan kayak ulat bulu yang kesirem teh panas. Kadang gue pikir kayak gitu; mungkin karena gue gak bisa jadi apa yang dia mau. Sebuah pemikiran yang gue sadar emang bener-bener tolol. Tapi entah kenapa gue masih sering mikirin itu dalem-dalem. Dia pernah bilang, secapek apapun dia sama tingkah gue, dia tetap akan selalu sayang sama gue. Mungkin sekarang dia udah terlalu capek. Saking capeknya, mungkin dia butuh istirahat; yaitu dengan menjauh dari apa yang udah bikin dia secapek itu.  

gak tau sampe kapan gue harus nunggu sampe dia pulih. mungkin sampe gue menyerah suatu saat nanti.