#Nowplaying Banda Neira - Esok Pasti Jumpa (Kau Keluhkan)
Akhir-akhir ini saya lagi suka banget dengar lagu-lagunya Banda Neira. Ibarat cinta, sekarang saya lagi naksir-naksirnya. Yah kira-kira sekarang saya udah di tahap ngintip-ngintip akun sosial-nya doi lah. Bodo amat di bio-nya dia udah ada nama cewek. Tapi bukan itu yang bakal saya bahas disini. Gak tau kenapa saya lagi pengen banget menulis. Sepanjang perjalanan pulang tadi saya merasa ada sesuatu dalam diri saya yang ingin sekali ter-utarakan. Maka jadilah kehampaan yang saya rasakan membawa jari-jari kecil saya mendarat di atas keyboard hitam ini.
Orang-orang tidak pernah peduli seberapa banyak kita tahu, sampai mereka tahu seberapa besar kita peduli. Sebelumnya saya sudah bilang sama diri saya sendiri kalo saya harus berhenti peduli. Berhenti peduli disini dalam artian yang lebih sempit. Saya harus berhenti peduli dengan bagaimana 'dia' memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dia memperlakukan saya. Saya gak punya kuasa untuk hal itu. Walau mungkin saya merasa ini masih kurang bisa diterima. Tapi akhirnya, semua kembali lagi ke saya.
Sejujurnya, sebagaimanapun saya kelihatan cuek sama suatu hal, selalu ada hal yang tertinggal dalam benak saya yang akhirnya membuat hati saya tergerak untuk akhirnya mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mungkin lebih kedengaran seperti penasaran ya, tapi sekalipun saya tahu pun itu tidak akan membuat perubahan yang besar terhadap bagaimana saya bereaksi. Saya lebih suka diem. Memperhatikan orang lain memprovokasi dan bagaimana yang lainnya terprovokasi. Itulah kenapa saya lebih milih diem, karena saya gak mau terprovokasi untuk sesuatu yang saya gak bener-bener tau.
Saya peduli dengan hal-hal kecil yang terjadi di sekeliling saya. Dari situlah sumber inspirasi yang sebenar-benarnya. Soalnya saya anaknya sangat mudah terinspirasi. Ngeliat tokai sapi aja kayaknya saya juga bisa terinspirasi. *yakali
Toh, segala sistem yang ada di dunia ini dijalankan sama orang yang peduli, kan? Dari sistem pemerintahan, sampai yang lebih kecil misalnya organisasi di kampus. Karena mereka semua peduli akhirnya sistem tersebut tetap berjalan hingga sekarang. Sistem yang sudah terbentuk dari beberapa tahun sebelumnya. Itulah kenapa saya pernah bilang, diantara sekian orang who don't give a f*ck, setidaknya harus ada satu orang yang peduli. Satu orang yang bisa menumbuhkan kepedulian bagi yang lainnya.
Saya pernah jadi orang, bahkan mungkin masih berbekas sampai sekarang, yang suka menyepelekan kekuatan hal-hal kecil. Misalnya, masalah uang. Saya adalah orang yang tidak mempermasalahkan kurangnya kembalian uang, apalagi kalo selisihnya menurut saya tidak terlalu banyak. Kakak saya sangat tahu jelas soal hal itu. Dia tahu banget bagaimana saya suka 'buang-buang' uang receh. Biasanya saya bakal bilang, "begitu memang calon orang sukses". Lalu kakak saya bilang, "justru dari situ, bagaimana mau jadi orang sukses kalo kau sia-siakan hal yang kecil?"
Dan yah, dia benar.
Tapi tetap, sampe sekarang, saya suka memberikan kakak saya uang receh pecahan 1000 dan 500 secara sukarela. Bahkan saya hampir benar-benar tidak peduli soal hal itu.
Akhirnya saya sadar, kalo semua orang berfikiran sama seperti saya, maka kacau lah semesta ini. Pada akhirnya, orang-orang yang peduli lah yang akan menyelamatkan dunia. Bayangkan kalo semua orang berfikiran 'bodo amat'. Bodo amat mau buang sampah dimana, bodo amat mau terobos lampu merah, bodo amat mau makan tidak bayar, serta jenis-jenis bodo amat yang lainnya.
Jadi, secuek-cueknya kita, kita tetap harus peduli. Kita harus tetap memiliki self awareness alias kesadaran diri untuk hal apapun itu.
Dan sejujurnya, sebagaimanapun saya kelihatan cuek sama suatu hal, saya selalu menyisihkan beberapa detik untuk melirik kearah dia.
dare if you care...
BalasHapus