Attention Seeker.

Siapa sih di dunia ini yang betah merasa sendirian? Saya kadang suka sih, tapi kadang gak betah juga. Kalo lagi merasa sendiri, apa lagi yang bisa kita lakukan coba selain mencari tahu siapa yang bakal 'muncul' setelah tau kita tengah terkungkung rasa sepi *ahey. Salah satu cara untuk mencari tahu siapa yang bakal muncul tersebut adalah dengan mencari perhatian. Mencari tahu siapa-siapa aja yang anaknya lumayan peka.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau merasa sendirian. Yap, tidak ada seorang pun yang ingin mati menderita. Tidak ada. Setidaknya, ada orang yang berada di dekat mereka dalam waktu-waktu 'berat' yang mereka alami sehingga mereka bisa merasa bahwa hidup ini masih berarti. Dan tidak ada lagi alasan untuk mereka bunuh diri.

Pertanyaannya adalah : Apa yang salah dengan mencari perhatian?

Jadi, saya menemukan seorang teman lama saya, terus menerus 'nge-twit' soal penyakit yang dia derita. Sebenarnya ini tidak menganggu saya sama sekali, tapi saya mulai berfikir apa yang teman-teman saya yang lain simpulkan dari twit-twit tersebut.

Lagi. Seorang teman saya. Dia memotret gambar kumpulan obat-obatannya dan mengunduh nya di sebuah jejaring sosial. Kejadian itu sudah terjadi cukup lama. Sampai kemudian, seorang teman saya membahasnya kembali ketika kita sedang mengobrol ringan bersama teman-teman saya yang lain.

"mau sekali ditau. saya kalo sakit tidak gitu-gitu juga." dia bilang.

Saya terdiam lama dan mengambil kesimpulan, mungkin teman saya ini kurang begitu perhatian kalo temannya sakit dan dia lebih memilih untuk mencari taunya sendiri.

Kadang saya berfikir, mungkin ini satu-satunya cara mereka- para pencari perhatian -memberi tahu. Tahu sendiri kan, bagaimana informasi melalui jejaring sosial itu bisa menyebar seperti virus. Tapi sayangnya, tidak semua orang mau tahu. Itulah dunia maya, kita memberi tahu orang lain sesuatu yang sebenarnya orang lain gak pernah bener-bener ingin tau.

Saya agak kecewa juga waktu teman saya bilang begitu. Karena pada dasarnya, kita semua seringkali melakukan hal yang sama. Mencari perhatian.

Apa bedanya ngumbar-ngumbar soal penyakit yang kita derita di jejaring sosial, dengan check-in foursquare atau path- memberitahu orang lain kita sedang berada dimana. Apa bedanya 'mau sekali ditau kalo lagi sakit' dan 'mau sekali ditau kalo lagi disini, disini, atau disini'.

Pada dasarnya, tidak ada orang yang benar-benar ingin tahu apakah kita sedang sakit, sebagaimana tidak ada orang yang benar-benar ingin tahu kita lagi dimana. Lalu, mengapa kita menyalahkan orang? Toh ternyata kita semua sama-sama ingin diperhatikan.

Kita seringkali mem-vonis orang lain untuk perbuatan yang mereka lakukan, sementara kita pun ternyata melakukan perbuatan yang sama, dalam bentuk yang berbeda. Seperti itu.

1 komentar: