This is a post that I made while I am waiting. (8.54 pm, at VEDIT)
Kita semua pasti sudah memiliki cita-cita semenjak kita kecil dulu, yang barangkali sudah berbeda 360 derajat dengan cita-cita kita sekarang. Dulu, waktu masih SD, cita-cita kita sangat bergantung pada apa yang kita anggap paling keren--serta apa yang teman-teman kita cita-cita kan pada umumnya. Mungkin hal ini sudah tidak asing lagi dalam benak kalian semua. Misalnya, cita-cita menjadi seorang Dokter. Anak kecil mana sih yang tidak berkeinginan menjadi seorang dokter--dengan niat mulia agar bisa menyembuhkan orang-orang yang sedang sakit?
Saya sendiri semenjak kecil sama sekali tidak pernah bercita-cita untuk menjadi Dokter. Saya masih ingat cita-cita pertama saya adalah menjadi seorang arsitek. Setelah itu, cita-cita saya terus menerus berubah seiring bergantinya zaman. Saya sempat bercita-cita menjadi seorang penulis, penyiar radio, fotografer, dan masih banyak lagi cita-cita lainnya. Yap, seperti apa yang saya bilang tadi: bergantung pada apa yang kita anggap paling keren. Kalo kata orang sih, "bermimpilah setinggi-tingginya". Tapi kalo kita hanya bermimpi namun tidak melakukan apa-apa untuk merealisasikan mimpi tersebut, that is kind of bullshit.
Ketika saya menelaah kembali, terkadang saya mencita-citakan sesuatu tidak berdasarkan hasrat (passion) yang berada dalam diri saya. Kadang memang kita menyukai suatu bidang, tapi hanya sebatas suka dan tidak terlalu tertarik untuk mendalaminya. Misalnya saja, saya sempat bercita-bercita menjadi seorang pianis. Saya dari dulu ingin sekali bisa bermain piano, karena menurut saya seorang pianis adalah profesi yang keren. Tapi akhirnya saya sadar bahwa kita tidak bisa selalu mampu menguasai apa yang kita ingin kuasai, apalagi cuma sebatas karena: that stuff is really cool. Lalu saya sadar bahwa bisa bermain gitar sudahlah cukup untuk memenuhi hasrat saya dalam bidang bermain alat musik instrumental.
Having no passion is like having no future. Sejujurnya, saya adalah salah satu penganut "jalani saja.." dan saya menganggap bahwa memiliki terlalu banyak rencana itu agak-agak depresif. Apalagi kalo ternyata nanti segala sesuatu nya terjadi diluar rencana yang telah disusun. Jadi saya lebih suka berfikir yang realistis-realistis saja. Susah sekali memang untuk tidak memiliki target. Dalam hati kecil saya juga sebenarnya saya memiliki banyak rancangan-rancangan hidup kedepannnya, tapi saya memilih untuk tidak terlalu berharap banyak.
Di umur yang sudah terbilang dewasa ini, sepertinya bukan zamannya lagi untuk mencita-citakan sesuatu yang hanya semata-mata 'keren'. Passion itu bukan hanya sekedar sesuatu yang kita suka, melainkan lebih kepada sesuatu yang kita tidak bisa tahan untuk tidak kita lakukan.
Dalam menjalani passion ini, tentunya akan banyak batu loncatan yang akan dilewati--yang akan membuat kita jatuh bangun sampe berdarah-darah. Akan banyak orang yang akan menilai apa yang kita kerjakan. Namun satu hal yang harus selalu kita tekankan, bahwa belum tentu orang yang menertawakan atau merendahkan kita itu lebih bisa daripada kita. So keep workin' your a*s off!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar