Happy birthday, aries..

Tubuhku yang kecil terbaring telentang menatap langit-langit kamar. Pagi sudah menunjukkan pukul tujuh. Aku bukan sedang terbangun dari tidurku, melainkan baru mencoba memaksa diri menjajali dunia mimpi. Punggungku terasa sakit dan mataku terasa berat karena telah berjam-jam terjaga. Namun kantuk belum juga datang. Berbagai macam hal terus mencoba menerobos pertahanan pikiranku. Memaksaku untuk memikirkan mereka dalam-dalam.

Langit diluar tampak tak begitu cerah. Tak ada matahari, ataupun suara cicitan burung. Bau tanah basah terasa pekat melewati indera penciuman akibat bekas hujan semalam. Kaca jendela telah kubuka agar udara pagi menyebar ke dalam kamar. Rasa dinginnya membaur dengan angin dari kipas yang terpasang di sisi tembok bewarna krem kamarku. Hari itu adalah tanggal 16.  Sebuah tanggal di pertengahan bulan April. Hari kelahiran manusia ber-zodiak Aries. Hari lahirku.

Tak ada hal yang terlalu spesial. Untungnya, aku masih memiliki orang-orang yang mau meluangkan waktu dan suaranya menyerukan ‘happy birthday!’ sekitar jam 12 malam di depan pagar rumah. Meluangkan waktu untuk hadir sekedar memberi selamat dan berbagi lelucon-lelucon konyol. Yah, setidaknya. Kita memang selalu punya hal untuk disyukuri.

Hujan telah men-stimulasi pikiran kami masing-masing. Hanya suara obrolan dan tawa yang ditahan agar tak terlalu keras yang membuat suasananya menjadi hangat. Akhirnya waktu lah yang membatasi kebersamaan. Sekitar pukul tiga pagi, saat hujan telah hampir sepenuhnya berhenti, aku melepas kepergian mereka kembali ke rumah masing-masing, lalu dengan hati yang entah merasakan apa, aku menyeret tubuhku kembali berbaring di dalam kamar sementara tak ada satupun di rumah ini yang juga terjaga sepertiku.

Aku membolak-balikkan posisi tubuhku. Mencoba tidur dengan cara membenamkan wajah ke dalam bantal sambil mendengarkan lagu-lagu yang mengalun rendah di telinga. Namun entah mengapa rasanya setiap detik aku ingin menjaga mataku agar tetap terbuka, seolah ada sesuatu yang menunggu. Akhirnya hampir dalam setiap lima detik ketika aku sadar aku tak bisa tertidur, aku menge-check kembali handphone ku yang kutaruh tepat disamping bantal kepala lalu membaca ulang pesan-pesan ucapan yang masuk.

Aku tersadar bahwa satu-satunya hal yang sedang menunggu itu adalah aku.

Aku benar-benar tak bisa tertidur. Bahkan hingga adzan subuh telah berkumandang samar-samar. Aku beranjak dari kamarku lalu mengambil air wudhu dan memenuhi panggilan Tuhan. Aku membiarkan lampu tetap padam sehingga aku bisa merasa lebih khusyuk saat melafaskan ayat-ayat suci Al-qur’an. Kutadahkan tanganku seraya mengucap syukur masih diberi kesempatan untuk menghela nafas hingga umurku yang ke 19. Hingga akhirnya, aku merasakan air mengalir di pipiku. Awalnya hanya sebutir, namun kemudian aku tak mampu menguasai perasaanku sendiri sehingga air tersebut mengalir semakin deras. Aku tau bahwa perasaanku sedang tidak karuan. Namun masih doa yang sama, yang kusebutkan setiap keningku menyentuh tempat sujud di rakaat terakhir. Masih untuk orang-orang yang sama, kepada siapa doa-doaku kutujukan. Seburuk apapun itu kondisinya, masih nama yang sama yang tak pernah lupa kusebut dihadapan Tuhanku, yang kuucapkan pelan-pelan dibalik kedua tanganku yang tengah mengadah.

Malam telah berubah menjadi fajar, lalu pelan-pelan menjadi pagi. Aku baru bisa terlelap ketika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, lalu terbangun dua jam setelahnya. Hari itu cuaca begitu mendung dan sesekali terdengar suara dentuman guntur. Sampai akhirnya hujan pun turun saat pergantian sore ke malam hari. Entahlah, rasanya hari itu sepi sekali. Mungkin karena jadwal kuliah yang kosong yang membuatku tidak harus ke kampus sehingga hari itu terasa jauh lebih sepi dari hari biasanya. Tapi hari itu memang sepi sekali. Mungkin hanya sebatas sugestiku saja..

  


 
happy turning 19, aries..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar